~ Di Hati Ku Ada Nama Mu ~
Aku Rela Jika Tuhan Mengambil Nyawaku
Asalkan Jangan Ambil Cinta ku
Dari Hatinya…
" Zanira kembali terbangun dari tidurnya malam ini. Sepertinya ia mengalami
mimpi yang buruk. Peluh masih menetes dari pori – pori permukaan kulitnya.
Disingkirkannya selimut yang menutupi tubuhnya dan iapun melangkahkan kakinya
menuju ke ruang makan. Ia mengambil sebotol air dingin dari dalam lemari es, ia
tuangkan kedalam gelasnya. Jam didinding masih menunjukan pukul dua dini hari,
tandanya ini masih malam dan belum pagi. Ia kembali kedalam kamarnya dengan
membawa air dingin yang ia tuangkan kedalam gelas tadi. Malam ini udara sangat
dingin hingga menyelimuti ketakutan Zanira yang tidak bertepi.
" Suara Hanphone terus berdering dari atas meja di sebelah ranjang Zanira,
sepertinya Zanira tidak mendengar suara deringan Hanphone itu. Karna mungkin
Zanira masih larut dalam dunia mimpinya. Handphone terus berdering, perlahan mata Zanira pun terbuka, ia
mencoba menyatukan potongan Mozaik di dalam tubuhnya agar menjadi satu paduan raga
yang utuh. Perlahan jemarinya meraba keatas meja itu dan mengambil Handphone yang berdering itu. Ia langsung bangun setelah melihat siapa
yang telah menelphonenya berulang kali. Zanirapu panik dan ia segera bergegas
pergi ke kamar mandi.
————————7 Missed Call Delka My Honey————————-
“ Maaf Ya, aku terlambat!” ucap Zanira yang masih berdiri di samping mobil
Delka. Sepertinya ia baru datang. Delka yang sibuk dengan barang – barangnya,
tak menghiraukan ucapan Zanira itu. Ia hanya melirik saja demi meyakinkan kalau
yang datang itu emang beneran Zanira. Zanirapun mendekati Delka. “…kamu
ngambek ya?” tanya Zanira menggoda.
“ Aku hanya ingin kamu itu bisa menghargai apa yang telah kamu
sepakati” marah Delka. Iapun menutup bagasi mobil itu. “….Ayo Masuk.” Ajak
Delka yang sudah berdiri di samping pintu mobil. Zanira masih bengong di tempat
ia berdiri. “ …Atau kamu memang mau kalau rencana ini gagal?!” ancam Delka.
Ucapan itu membuat Zanira tak berdaya. Dengan hati yang menggerutu, Zanirapun
masuk kedalam mobil. Bibirnyapun manyun dua centimeter dan mobil kembali
berjalan.
“ Aku lihat belakangn ini, wajah kamu selalu kelihatan pucat?” tanya
Zanira lirih sambil menatap ke wajah Delka.
“ Kenapa kamu bisa ngomong kayak gitu?” tanya Delka balik. Ia tampak
resah dengan pertanyaan Zanira itu.
“ Ya tidak apa – apa sebenarnya sih. Tapi itu gak kayak biasanya
Delka. Kamu sakit?”
“ Enggak. Aku baik – baik aja, kamu bisa lihat sendirikan?”
“ Kamu gak bohongkan Del. Atau ada hal lain yang kamu sembunyikan dari
aku?”
“ Aku baik – baik aja, gak ada rahasia di dalam diri aku. Aku gak akan
bohongin kamu Zanira. Percaya sama aku.” Ucap Delka Meyakinkan Zanira.
Mobil terus melaju menyelusuri jalan raya yang amat padat dengan pencemaran
Polusi. Jalanan tidak terlalu macet, karna memang ini hari minggu jadi tak
banyak kendaraan yang berlalu lalang di pagi kayak begini. Kali ini mobil
kembali berhenti di sebuah tempat yang menghabiskan beberapa jam perjalanan
untuk bisa sampai di tempat ini. Tempatnya indah dan udaranya sangat segar.
Banyak bunga – bunga disini dan juga kuda – kuda yang jinak. Ini adalah
Gundaling………
Tempat wisata yang paling sering di kunjungi Delka
“ kenapa sih kita harus ke tempat ini?” heran Zanira. Ia memegangi tubuhnya
yang terasa dingin. Emang cuaca disini sangatlah dingin.
“ Aku lagi pengen menghirup udara yang segar aja, cuaca yang jauh dari
polusi udara.” Jawab Delka. Ia masih sibuk dengan kamera Digitalnya. Sepertinya
Delka ingin mengabadikan setiap detik dari moment indah ini. “…kira – kira aku
masih bisa menikmati udara seperti ini lagi gak ya?” ucap Delka asal
“ kok gitu? Emang kamu mau kemana?” sewot Zanira
“ Yah, kitakan gak pernah tahu umur orang sampai mana. Aku dan kamukan bisa
ajakan tiba – tiba meninggal”
“ Ucapan kamu aneh. Males aku dengerinnya. Jangan buat aku parno dong”
kesal Zanira. Ia duduk di bangku yang ada di taman itu. Matanya masih memperhatikan Delka yang tengah asyik menikmati foto – fotonya.
“ Itu gak bisa di pungkiri loh, gak ada yang bisa lari dari kenyataan.”
Delkapun duduk di sebelah Zanira. Ia masih melihati hasil jepretannya tadi, di
kamera digitalnya.
“ kamu sadar gak, dengan kamu ngomong kayak begitu itu buat aku takut…”
Zanira memandangi wajah Delka yang masih sibuk dengan camera Digitalnya. “…kamu
ngomong kayak gitu seakan – akan ingin meninggalkan aku.” Delka masih tak
menghiraukan segala ucapan Zanira. “ Kamu itu denger gak sih, apa yang aku
bilang. Bete akh…” Zanirapun mengambil Digital itu dari tangan Delka dan
memandangi photo – photo yang berhasil di Jepret oleh Delka
“ Aku denger kok. Aku denger dengan semua yang kamu ucapkan. Aku sayang
sama kamu Ra…” lirih Delka. Ia merangkul bahu Zanira ke dalam pelukannya. “
…kalaupun aku harus pergi suatu saat nanti, aku gak mau melihat kamu sedih.
Karna kamu harus bisa menerima kenyataan hidup walaupun terasa pahit.” Ungkap
Delka menasehati Zanira.
“ uda dong stop. Jangan bahas itu terus, ganti topik kan bisa. Kamu gak akan pernah ninggalin aku, kamu harus
janji sama aku Del.” Nyolot Zanira marah. Diapun larut dalam pelukan Delka,
mereka berdua menikmati hamparan keindahan yang ada di depan mata mereka yang
begitu indah. Walaupun sebenarnya masih banyak rahasia yang di simpan di dalam
hati mereka berdua.
***
" Delka masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang, pandangannya masih menatap
kelayar televise yang ada di depannya. Seseorang membuka pintu itu dengan
kasar. Ada orang di luar sana yang ingin masuk kedalam kamar Delka. Hal itu
sontak membuat Delka kaget.
“ Kenapa gak kamu minum Obatnya?” marah orang itu pada Delka. Dia masih
berdiri diam di depan pintu kamar. “…kalau kamu kayak begini terus, gimana kamu
mau sehat.” Sewot orang yang di depan pintu itu.
“ Obat – obat itu gak bisa nunda kematian aku jugakan.” Ucap Delka datar
tanpa ada makna dari ucapannya. Padahal kita yang mendengarnya saja sudah
terasa miris di dalam hati.
“ Atau kamu memang mau kalau aku menceritakan semuanya kepada Zanira. iya?”
Ancam Didit pada Delka. Delka langsung memandang wajahnya, emosinya mulai
terpancing dengan ucapan Didit barusan.
“ Kalau sampai itu terjadi, aku gak akan pernah maafin kamu dan jangan
pernah sekali kali kamu memperlihatkan diri di depan Zanira.” Delka kembali
mengancam Didit. Sepertinya ia tidak takut dengan ancaman Didit tadi.
“ Loh Kenapa? Gak ada yang salah sama itu semua. Kenapa aku harus
bersembunyi dari kenyataan kalau wajah aku dan kamu itu emang mirip. Salah
kalau kita emang kembar.” Didit mulai nyolot.
“ Karna belum saatnya Dit. Karna aku berharap kamu yang menggantikan posisi
aku di mata Zanira. Agar ia merasa aku tidak akan pernah meninggalkannya. Cuman
kamu yang bisa aku andalkan.” Mereka berdua memang terlahir kembar, maka dari
itu Delka mulai merencanakan sesuatu untuk menggantikan dirinya menemani Zanira
ketika ia tidak ada nanti.
“ Tapi itu Konyol Delka. Bagaimana bisa itu harus terjadi, ini akan
menambah keterpurukan Zanira kalau ia mengetahui yang sebenarnya.” Didit
menolak
“ Tapi…”
“ Zanira harus tahu apa yang sedang terjadi sama kamu. Aku gak mau ini
semua menjadi penyesalan di akhirnya.” Ucap Didit mempertegas ucapanya. Delka
tak meneruskan ucapannya dan Diditpun kembali kedalam kamarnya. Di luar, mama
mendengar semuanya dan sepertinya mama menangis. Karna itu semua terlihat jelas
di pipi mama yang basah.
" Hari ini Didit diam – diam pergi kerumah sakit untuk mengecek keadaan
abangnya tersebut. Setiap kali hendak memeriksakan keadaannya, Delka tidak
pernah mau di temani oleh siapapun maka dari itu kami tidak pernah tahu
bagaimana kondisi Tubuh Delka sekarang. Kami memang tahu kalau Delka itu
menghidap Leukimia. Tapi itu semua ia sembunyikan dari kami. Ia bilang penyakit
itu akan segera sembuh, tapi setiap ia bicara pasti yang di ucapkannya adalah
kematian. Di depan ku sudah ada Dokter Zurial. Setahu Didit dokter ini yang
menangani penyakit abangnya itu, Dokter yang tau bagaimana kondisi Delka
Sekarang.
“ Sebenarnya Penyakit Abang saya itu seperti apa Dok?” Tanya Delka menanti
jawaban dari Dokter itu.
“ Sebenarnya…” dokter itu menarik nafas
yang panjang. Dokter itu belum meneruskan ucapannya.
“ Sebenarnnya apa Dok?” Didit memandang Dokter itu lekat. Dari matanya
jelas terpancar bahwa Didit Perlu penjelasan yang akurat.
“ Abang Anda Mengalami Leukemia yang akut. Dimana Penyakit ini akan cepat
menyebar keseluruh tubuhnya. Ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang
sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka
penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari.” Ucap Dokter itu
berat. Tubuh Didit lemas seketika mendengar ucapan dokter itu. Bendungan Air
Mata masih ia tahan dikelopak matanya agar tidak terjatuh. “…Leukemia akut dan
kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang muncul dari
perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol.
Mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat
adanya perubahan pada kode genetik yang seharusnya
bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel dan
diferensiasi. Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat
dibandingkan sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap
dan lanbar dan bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel sejenis yang normal.”
Lanjut Dokter itu menjelaskannya.
“ Terus Apa yang harus kami lakukan Dok?” tanya Didit Lirih
“ Banyak Cara yang harus kita lakukan diantaranya adalah ; Biopsy,
Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic
resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.”
“ Lakukan yang terbaik untuk Abang saya Dok…”
***
" Hari ini rintikan Gerimis menari – nari indah ketika ia menyentuh permukaan
Tanah. Indah dan banyak orang yang menyukainya, serta tak banyak juga orang
yang tidak suka. Alasan mereka tidak suka karna menurut mereka Gerimis itu bisa
membuat kepala pusing. Sangat confitebel.
“ Kenapa sih beberapa hari ini kamu itu sering ngajakin aku jalan – jalan?”
Ucap Zanira memecah keheningan Delka, yang sedang melukis dirinya.
“ Kenapa?” Delka menghentikan Melukisnya. “…Kamu gak suka ya?”
“ Bukan gitu Del. Biasanyakan kamu paling malas di ajak jalan – jalan.”
“ Tapi sekarang beda…” ucapnya sambil melanjutkan lukisannya.
“ Tadi Malem aku Mimpi Buruk…” ucap Zanira datar
“ Mimpi Apa?”
“ Aku mimpi kalau kamu mau ninggalin aku dan gak akan pernah kembali lagi.
Aku mimpi kamu itu Meninggal. Aku sedih banget kalau ingat sama mimpi itu,
walaupun mimpi itu seperti nyata tapi tetap aja itu hanyalah Bunga tidur.
Iyakan Del?” jantung Delka berdegup sangat kencang saat mendengar cerita dari
Zanira. Ia tak berani memandang kearah Zanira. Seakan akan ia bersembunyi di
balik kanvasnya.
“ Terus Kamu Percaya?” Tanya Delka parau
“ Ya enggaklah Del, itukan cuman mimpi. Buktinya kamu masih disinikan
nemani aku.”
Kamu tidak tahu Zanira. Apa sebenarnya yang terjadi pada diri
ku. Aku tidak tega melihat kamu larut dalam kebohongan ini. Aku ini sakit
Zanira. Aku tak sanggup menahan penyakit ini lama – lama. Aku akan pergi
meninggalkan kamu Zanira. Maafkan aku, aku sayang sama kamu dan cintaku akan
slalu hidup di hati mu.
" Waktu terus berjalan, gerimis juga tidak berhenti. Malah kini sekarang
sudah menjadi hujan. Hujan yang amat deras. Belum sempat lukisan itu selesai di
lukiskan, tapi hujan sudah turun dengan derasnya. Zanira menarik lengan Delka
untuk berlari mencari tempat berteduh. Mereka berlari di tengah Hujan yang amat
deras itu, tanpa tahu akan berteduh dimana. Langkah mereka terhenti di sebua
rumah kayu yang usang dan sangat tidak nyaman. Tapi
tempat ini lumayan juga untuk dipakai berteduh selama hujan belum berhenti.
“ Brrr…Dingin Banget ya” ucap Zanira. Bibirnya bergetar karna menahan rasa
dingin yang amat tidak enak. Delka tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya
diam. “ wajah kamu pucat banget Del” sontak Zanira kaget saat melihat tubuh
Delka yang pucat dan dia amat menggigil. “..Kamu kenapa Del?” panik Zanira.
“ Gak. Aku gak apa – apa Za. Kamu jangan panik gitu” ucap Delka lirih
dengan suara yang terbata – bata.
“ Gimana aku gak panik. Wajah kamu itu pucat sekali dan tubuh kamu juga
menggigil. Kamu kedinginan” Zanira semakin panik.
“ Aku kecapean aja Za. Biarkan aku rebahan disini ya” pinta Delka. Zanira
membentang Jacketnya di bawah, agar tubuh Delka tak langsung menyentuh tanah.
“Kamu kenapa sih, kamu jangan buat aku takut dong. Kamu kenapa….:” tanya
Zanira sambil membantu Delka rebahan. Delka menggenggam jemari Zanira dengan kuat. Ia begitu menggenggamnya dengan
erat.
“ Kamu jangan nangis gitu. Aku gak apa – apa kok. Percaya sama aku.”
“ Badan Kamu panas Banget, ini gak mungkin terjadi kalau kamu baik – baik
aja Delka. Kamu tunggu disini, biar aku cari bantuan dulu.”
“ Tunggu Zanira…” Delka Menarik Lengan Zanira yang hendak pergi.
“ Aku Mencintai kamu, dan aku sayang banget sama kamu” ucapan itu langsung
miris di hati Zanira. Seakan Zanira merasa ada sesuatu yang sesak di dalam
dadanya. Dia kembali mendekati Delka.
“ Aku juga sayang sama kamu Delka. Aku Cinta sama kamu…” ucap Zanira lirih
sambil mengecup dahi Delka lembut. Zanirapun pergi meninggalkan Delka
sendiri di tempat itu. Ia mencari bantuan untuk membawa Delka ke rumah sakit.
***
" Didit masih memegang cangkir yang berisi Coffee di ruang tengah. Dia tidak
sendiri disana, ada Abelia yang menemaninya. Abelia adalah seorang gadis yang
tak akan bisa terhapus dari hati Didit. Karena Adelia adalah Cinta Pertama
Didit. Adelia hanya diam tanpa memberi tanggapan kalau Didit sudah membahas
tentang Delka. Hujan juga tidak reda, malah kali ini makin deras.
“ Biasanya, kalau hujan kayak begini. Delka paling senang. Katannya setelah
hujan ini reda pasti Pelangi akan membentang di atas langit” ucap Didit
tersenyum. “ Aku belum siap Lia, kalau Delka harus pergi secepat itu.”
“ Apa yang di bilang dokter tadi sama kamu, kenapa kamu sekarang ngomongnya
begitu?”
“ Entalah Lia. Aku juga bingung. Tadi Dokter bilang, kalau Delka sudah
mengalami Leukimia yang akut. Tapi Delka gak pernah cerita hal itu sama kami”
“ Aku ngerti Dit. Dan aku juga rela, kalau suatu saat nanti kamu yang akan
mengantikan posisi Delka di Hati Zanira” Adelia meneteskan air mata. Dia
berbicara dari hati, walaupun sakit untuk dirinya sendiri.
“ Cinta itu gak bisa di paksain Adelia. Aku gak Cinta Sama Dia. Ak…” Ucapan
Didit terhenti. Suara Handphone Berbunyi dari saku celana panjangnya.
“ Hello” sapanya ramah
“ Didit? Ini Zanira. Delka masuk rumah sakit, tadi badannya panas banget
makanya aku bawa dia kerumah sakit.” Ucap Zanira. Zanira belum pernah melihat
Didit. Ia hanya tahu Didit itu dari cerita – cerita Delka saja.
“ Apa, Ok. Aku kesana.” Jawab Didit Panik
“ Ada apa Dit?” Tanya Muel abangnya Adelia.
“ Delka masuk rumah sakit dan aku harus kesana. Bang Muel maukan bantuin
aku?” pinta Didit memohon. Muel hanya mengangguk, Mereka langsung pergi kerumah
sakit menembus hujan yang amat deras ini. Perasaan Didit semakin tidak enak dan
jantungnya terus berdebar kencang. Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi,
tak ada yang bersuara di dalam mobil tu. Semuanya hanya diam.
Satu Jam Sebelum Berita Duka
“ Zanira?” tanya Muel pada gadis yang duduk di depan ruang UGD.
“ Iya. Anda Didit?”
“ Ya.” Jawab Muel Berbohong. Semua ini sudah di rencanakan oleh Didit. “
Apa yang terjadi sama abang saya?”
“ Aku gak tahu, tadi wajahnya pucat banget dan tubuhnya menggigil. Setelah aku pegang badannya panas sekali. Makanya aku
bawa dia kemari” Zanira menceritakan kronologis peristiwa itu.
“ Bisa Kita Berbicara Sebentar?” Pinta Muel yang menyamar menjadi Didit.
Zanira hanya mengangguk. Muel membawa Zanira Kekantine rumah sakit. Didit dan
Adeliapun langsung berdiri di depan Ruang UGD. Seorang Perawat keluar dari
dalam ruang UGD itu.
“ Anda saudara dari Pasien?” tanya Suster itu yang heran melihat wajah
Didit yang mirip dengan Delka.
“ Iya Sus. Ada apa ya?” Tanya Adelia
“ Saudari di panggil Doktel Widy di dalam.” Kami Hanya mengangguk dan
mengikuti Perawat itu masuk kedalam ruang UGD.
“ Wajah anda sangat mirip dengan Pasien.” Ucap Dokter itu kaget melihat
kemiripan wajah Delka dengan Didit yang begitu Identik
“ Saya Kembarannya Dok…” Beri Tahu Didit. “..Bagaimana dengan keadaan Abang
saya?” tanya Didit panik
“ Abang Anda sedang mengalami Koma. Kita tidak tahu dia bisa bertahan
sampai berapa lama. Bisa satu jam, sehari, seminggu, sebulan, hingga bertahun –
tahun” Beritahu Dokter Widy
“ Maksud Dokter?”
“ Kami tidak ingin Mendahuli Tuhan. Kita serahkan saja semuanya pada sang
pencipta. Dan kita harus banyak berdoa.” Ucap Dokter itu yang bungkam dengan
sebuah rahasia besar. “… Lihatlah beliau di dalam.” Saran Dokter itu. Didit dan
Adelia hanya mengikut saja. Di dalam Delka terbaring lemah di atas ranjang yang
semua orang tidak menginginkannya. Wajahnya begitu
pucat dan ia seperti orang yang tidak aku kenal. Aku menangis melihat dia
begitu. Didit duduk tepat di sebelah Delka. Air mata Didit terus membasahi
pipinya. Begitu juga dengan Adelia yang berdiri di samping ku.
“ Masih banyak yang harus aku persiapkan untuk menjadi diri mu Delka. Aku
mohon bertahanlah. Ingatlah semua orang yang menyayangi mu. Aku mohon Delka..”
erengan Didit. Air mata Delkapun menetes keluar dari matannya.
“ Didit…” ucapnya parau “ … maafkan aku telah membuat mu terlibat dalam
masalah ini. Tapi aku percaya kalau kamu bisa menjaga Zanira. Aku mohon pada mu
Dit.lakukanlah yang terbaik” ucapnya lagi.
“ Tapi Del…”
“ Adelia, aku mohon pada mu. Izinkanlah Didit melakukan hal ini. Aku tahu
kamu wanita yang baik dan aku mohon pada mu” pinta Delka pada Adelia dengan
Suara yang terbata – bata.
“ iya Bang…” Ucap Adelia Berat, ucapannya
dilinangi Air matanya. “…Adelia izinkan Didit untuk melakukan semua permintaan
bang Delka, jika itu yang terbaik” nangis Adelia
“ Jaga Zanira Ya Dit. Mungkin Inilah saatnya aku harus pergi meninggalkan
kalian semua. Maafkan aku ya, kalau aku ada salah sama kalian semua? Ucapnya
Lirih dan penuh keparauan. “ Maafin aku……….”
" Nafas tak lagi menderu, tubuh tak lagi teraliri darah. Waktu berhenti karna
Jantung tak lagi berdetak. Mata terpejam, melihat dunia baru yang akan menuntun
kita semua suatu saat nanti, kejalan itu. Didit menangis histeris dengan
kejadian itu. Zanira tak mengetahui semua itu. Rencana baru di mulai.
***
Dokter itu keluar dari dalam ruang
UGD. Di luar sudah ada Zanira yang menunggunya.
“ Gimana keadaan pacar saya dok?” tanya Zanira panik
“ Dia tidak apa –apa. Sekarang dia sudah sadar dan besok juga sudah boleh
pulang. Kekasih anda hanya kecapean saja dan dia harus banyak beristirahat
dengan cukup” ucap Dokter itu. Handphone Zanira
berbunyi di lihatnya di layar monitor Handphone itu.
Didit Calling….
“ Hello?” sapa Zanira. “… Ada Apa Dit?”
“ Maaf Mbak. Ini Bukan Didit. Tapi Sapri. Orang yang Punya Handphone ini mengalami kecelakaan mbak. Mereka sekarang sudah di
bawa kerumah sakit….”
Tut…..tut…………….Panggilan itupun terputus.
Zanirapun masuk kedalam ruang UGD menemui Delka. Ia meneteskan air mata.
“ Kenapa kamu menangis?” Tanya Delka yang tak lain adalah Didit
“ Didit Del…” ucapnya terbata – bata
“ Didit kecelakaan…” ucapnya sambil menangis
“ Apa….” Delkapun Menangis. Ia menagis karena ia telah kehilangan Delka. Saudara
kembarnya
***
Satu Jam Setelah Berita Duka
Didit memanipulasi semua keadaan. Ia membuat kesepakatan dengan Dokter dan
semua perawat yang menyaksikan kemeninggalan Delka. Bahwa Diditlah yang akan
menjadi Delka dan Delka sama sekali tidak mengalami suatu penyakit yang
berbahaya. Dia pingsan karena kecapean saja. Mayat Delka di masukan kedalam
mobil sedan berwarna Hitam metalik. Di dalamnya Ada Muel yang pura – pura
menjadi didit. Agar mengelabuhi pikiran Zanira. Mobil itu telah di rancang
untuk terjadi kecelakaan, agar Zanira mengatahui bahwa Didit lah yang meninggal
karena kecelakaan dan Delka masih hidup.
Setelah kejadian itu Adelia dan Muel memutuskan untuk pergi ke Amerika dan
menetap disana. Tinggalah Cinta Adelia yang terpaut di hati Didit dan di dalam
hatinya. Bertahun tahun Zanira telah larut dalam kebohongan hingga hubungan itu
menajdi suatu ikatan resmi di bawah Ijab Qobul yang sah. Didit dan Zanira
menikah tanpa ada yang tahu kalau Delka itu adalah Didit. Diditpun perlahan
berusaha untuk mencintai Zanira semenjak kepergian Adelia Ke Amerika………………………….
" The End "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar