Selasa, 18 Agustus 2015

Di Hati Ku Ada Nama Mu



~ Di Hati Ku Ada Nama Mu ~
Aku Rela Jika Tuhan Mengambil Nyawaku

Asalkan Jangan Ambil Cinta ku

Dari Hatinya…

" Zanira kembali terbangun dari tidurnya malam ini. Sepertinya ia mengalami mimpi yang buruk. Peluh masih menetes dari pori – pori permukaan kulitnya. Disingkirkannya selimut yang menutupi tubuhnya dan iapun melangkahkan kakinya menuju ke ruang makan. Ia mengambil sebotol air dingin dari dalam lemari es, ia tuangkan kedalam gelasnya. Jam didinding masih menunjukan pukul dua dini hari, tandanya ini masih malam dan belum pagi. Ia kembali kedalam kamarnya dengan membawa air dingin yang ia tuangkan kedalam gelas tadi. Malam ini udara sangat dingin hingga menyelimuti ketakutan Zanira yang tidak bertepi.

" Suara Hanphone terus berdering dari atas meja di sebelah ranjang Zanira, sepertinya Zanira tidak mendengar suara deringan Hanphone itu. Karna mungkin Zanira masih larut dalam dunia mimpinya. Handphone terus berdering, perlahan mata Zanira pun terbuka, ia mencoba menyatukan potongan Mozaik di dalam tubuhnya agar menjadi satu paduan raga yang utuh. Perlahan jemarinya meraba keatas meja itu dan mengambil Handphone yang berdering itu. Ia langsung bangun setelah melihat siapa yang telah menelphonenya berulang kali. Zanirapu panik dan ia segera bergegas pergi ke kamar mandi.

————————7 Missed Call Delka My  Honey————————-

“ Maaf Ya, aku terlambat!” ucap Zanira yang masih berdiri di samping mobil Delka. Sepertinya ia baru datang. Delka yang sibuk dengan barang – barangnya, tak menghiraukan ucapan Zanira itu. Ia hanya melirik saja demi meyakinkan kalau yang datang  itu emang beneran Zanira. Zanirapun mendekati Delka. “…kamu ngambek ya?” tanya Zanira menggoda.

“ Aku  hanya ingin kamu itu bisa menghargai apa yang telah kamu sepakati” marah Delka. Iapun menutup bagasi mobil itu. “….Ayo Masuk.” Ajak Delka yang sudah berdiri di samping pintu mobil. Zanira masih bengong di tempat ia berdiri. “ …Atau kamu memang mau kalau rencana ini gagal?!” ancam Delka. Ucapan itu membuat Zanira tak berdaya. Dengan hati yang menggerutu, Zanirapun masuk kedalam mobil. Bibirnyapun manyun dua centimeter dan mobil kembali berjalan.

“ Aku lihat belakangn ini, wajah kamu selalu kelihatan pucat?”  tanya Zanira lirih sambil menatap ke wajah Delka.

“ Kenapa kamu bisa  ngomong kayak gitu?” tanya Delka balik. Ia tampak resah dengan pertanyaan Zanira itu.

 “ Ya tidak  apa – apa sebenarnya sih. Tapi itu gak kayak biasanya Delka. Kamu sakit?”

“ Enggak. Aku baik – baik aja, kamu bisa lihat sendirikan?”

“ Kamu gak bohongkan Del. Atau ada hal lain yang kamu sembunyikan dari aku?”

“ Aku baik – baik aja, gak ada rahasia di dalam diri aku. Aku gak akan bohongin kamu Zanira. Percaya sama aku.” Ucap Delka Meyakinkan Zanira.
Mobil terus melaju menyelusuri jalan raya yang amat padat dengan pencemaran Polusi. Jalanan tidak terlalu macet, karna memang ini hari minggu jadi tak banyak kendaraan yang berlalu lalang di pagi kayak begini. Kali ini mobil kembali berhenti di sebuah tempat yang menghabiskan beberapa jam perjalanan untuk bisa sampai di tempat ini. Tempatnya indah dan udaranya sangat segar. Banyak bunga – bunga disini dan juga kuda – kuda yang jinak. Ini adalah Gundaling………
Tempat wisata yang paling sering di kunjungi Delka

“ kenapa sih kita harus ke tempat ini?” heran Zanira. Ia memegangi tubuhnya yang terasa dingin. Emang cuaca disini sangatlah dingin.

“ Aku lagi pengen menghirup udara yang segar aja, cuaca yang jauh dari polusi udara.” Jawab Delka. Ia masih sibuk dengan kamera Digitalnya. Sepertinya Delka ingin mengabadikan setiap detik dari moment indah ini. “…kira – kira aku masih bisa menikmati udara seperti ini  lagi gak ya?” ucap Delka asal

“ kok gitu? Emang kamu mau kemana?” sewot Zanira

“ Yah, kitakan gak pernah tahu umur orang sampai mana. Aku dan kamukan bisa ajakan tiba – tiba meninggal”

“ Ucapan kamu aneh. Males aku dengerinnya. Jangan buat aku parno dong” kesal Zanira. Ia duduk di bangku yang ada di taman itu. Matanya masih memperhatikan Delka yang tengah asyik menikmati foto – fotonya.

“ Itu gak bisa di pungkiri loh, gak ada yang bisa lari dari kenyataan.” Delkapun duduk di sebelah Zanira. Ia masih melihati hasil jepretannya tadi, di kamera digitalnya.

“ kamu sadar gak, dengan kamu ngomong kayak begitu itu buat aku takut…” Zanira memandangi wajah Delka yang masih sibuk dengan camera Digitalnya. “…kamu ngomong kayak gitu seakan – akan ingin meninggalkan aku.” Delka masih tak menghiraukan segala ucapan Zanira. “ Kamu itu denger gak sih, apa yang aku bilang. Bete akh…” Zanirapun mengambil Digital itu dari tangan Delka dan memandangi photo – photo yang berhasil di Jepret oleh Delka

“ Aku denger kok. Aku denger dengan semua yang kamu ucapkan. Aku sayang sama kamu Ra…” lirih Delka. Ia merangkul bahu Zanira ke dalam pelukannya. “ …kalaupun aku harus pergi suatu saat nanti, aku gak mau melihat kamu sedih. Karna kamu harus bisa menerima kenyataan hidup walaupun terasa pahit.” Ungkap Delka menasehati Zanira.

“ uda dong stop. Jangan bahas itu terus, ganti topik kan bisa. Kamu gak akan pernah ninggalin aku, kamu harus janji sama aku Del.” Nyolot Zanira marah. Diapun larut dalam pelukan Delka, mereka berdua menikmati hamparan keindahan yang ada di depan mata mereka yang begitu indah. Walaupun sebenarnya masih banyak rahasia yang di simpan di dalam hati mereka berdua.

***

" Delka masih merebahkan tubuhnya di atas ranjang, pandangannya masih menatap kelayar televise yang ada di depannya. Seseorang membuka pintu itu dengan kasar. Ada orang di luar sana yang ingin masuk kedalam kamar Delka. Hal itu sontak membuat Delka kaget.

“ Kenapa gak kamu minum Obatnya?” marah orang itu pada Delka. Dia masih berdiri diam di depan pintu kamar. “…kalau kamu kayak begini terus, gimana kamu mau sehat.”  Sewot orang yang di depan pintu itu.

“ Obat – obat itu gak bisa nunda kematian aku jugakan.” Ucap Delka datar tanpa ada makna dari ucapannya. Padahal kita yang mendengarnya saja sudah terasa miris di dalam hati.

“ Atau kamu memang mau kalau aku menceritakan semuanya kepada Zanira. iya?” Ancam Didit pada Delka. Delka langsung memandang wajahnya, emosinya mulai terpancing dengan ucapan Didit barusan.

“ Kalau sampai itu terjadi, aku gak akan pernah maafin kamu dan jangan pernah sekali kali kamu memperlihatkan diri di depan Zanira.” Delka kembali mengancam Didit. Sepertinya ia tidak takut dengan ancaman Didit tadi.

“ Loh Kenapa? Gak ada yang salah sama itu semua. Kenapa aku harus bersembunyi dari kenyataan kalau wajah aku dan kamu itu emang mirip. Salah kalau kita emang kembar.” Didit mulai nyolot.

“ Karna belum saatnya Dit. Karna aku berharap kamu yang menggantikan posisi aku di mata Zanira. Agar ia merasa aku tidak akan pernah meninggalkannya. Cuman kamu yang bisa aku andalkan.” Mereka berdua memang terlahir kembar, maka dari itu Delka mulai merencanakan sesuatu untuk menggantikan dirinya menemani Zanira ketika ia tidak ada nanti.

“ Tapi itu Konyol Delka. Bagaimana bisa itu harus terjadi, ini akan menambah keterpurukan Zanira kalau ia mengetahui yang sebenarnya.” Didit menolak

“ Tapi…”

“ Zanira harus tahu apa yang sedang terjadi sama kamu. Aku gak mau ini semua menjadi penyesalan di akhirnya.” Ucap Didit mempertegas ucapanya. Delka tak meneruskan ucapannya dan Diditpun kembali kedalam kamarnya. Di luar, mama mendengar semuanya dan sepertinya mama menangis. Karna itu semua terlihat jelas  di pipi mama yang basah.

" Hari ini Didit diam – diam pergi kerumah sakit untuk mengecek keadaan abangnya tersebut. Setiap kali hendak memeriksakan keadaannya, Delka tidak pernah mau di temani oleh siapapun maka dari itu kami tidak pernah tahu bagaimana kondisi Tubuh Delka sekarang.  Kami memang tahu kalau Delka itu menghidap Leukimia. Tapi itu semua ia sembunyikan dari kami. Ia bilang penyakit itu akan segera sembuh, tapi setiap ia bicara pasti yang di ucapkannya adalah kematian. Di depan ku sudah ada Dokter Zurial. Setahu Didit dokter ini yang menangani penyakit abangnya itu, Dokter yang tau bagaimana kondisi Delka Sekarang.

“ Sebenarnya Penyakit Abang saya itu seperti apa Dok?” Tanya Delka menanti jawaban dari Dokter itu.

“ Sebenarnya…” dokter itu menarik nafas yang panjang. Dokter itu belum meneruskan ucapannya.

“ Sebenarnnya apa Dok?” Didit memandang Dokter itu lekat. Dari matanya jelas terpancar bahwa Didit Perlu penjelasan yang akurat.

“ Abang Anda Mengalami Leukemia yang akut. Dimana Penyakit ini akan cepat menyebar keseluruh tubuhnya. Ditandai dengan suatu perjalanan penyakit yang sangat cepat, mematikan, dan memburuk. Apabila tidak diobati segera, maka penderita dapat meninggal dalam hitungan minggu hingga hari.” Ucap Dokter itu berat. Tubuh Didit lemas seketika mendengar ucapan dokter itu. Bendungan Air Mata masih ia tahan dikelopak matanya agar tidak terjatuh. “…Leukemia akut dan kronis merupakan suatu bentuk keganasan atau maligna yang muncul dari perbanyakan klonal sel-sel pembentuk sel darah yang tidak terkontrol. Mekanisme kontrol seluler normal mungkin tidak bekerja dengan baik akibat adanya perubahan pada kode genetik yang seharusnya bertanggung jawab atas pengaturan pertumbuhan sel dan diferensiasi. Sel-sel leukemia menjalani waktu daur ulang yang lebih lambat dibandingkan sel normal. Proses pematangan atau maturasi berjalan tidak lengkap dan lanbar dan bertahan hidup lebih lama dibandingkan sel sejenis yang normal.” Lanjut Dokter itu menjelaskannya.

“ Terus Apa yang harus kami lakukan Dok?” tanya Didit Lirih

“ Banyak Cara yang harus kita lakukan diantaranya adalah ; Biopsy, Pemeriksaan darah {complete blood count (CBC)}, CT or CAT scan, magnetic resonance imaging (MRI), X-ray, Ultrasound, Spinal tap/lumbar puncture.”

“ Lakukan yang terbaik untuk Abang saya Dok…”

***

" Hari ini rintikan Gerimis menari – nari indah ketika ia menyentuh permukaan Tanah. Indah dan banyak orang yang menyukainya, serta tak banyak juga orang yang tidak suka. Alasan mereka tidak suka karna menurut mereka Gerimis itu bisa membuat kepala pusing. Sangat confitebel.

“ Kenapa sih beberapa hari ini kamu itu sering ngajakin aku jalan – jalan?” Ucap Zanira memecah keheningan Delka, yang sedang melukis dirinya.

“ Kenapa?” Delka menghentikan Melukisnya. “…Kamu gak suka ya?”

“ Bukan gitu Del. Biasanyakan kamu paling malas di ajak jalan – jalan.”

“ Tapi sekarang beda…” ucapnya sambil melanjutkan lukisannya.

“ Tadi Malem aku Mimpi Buruk…” ucap Zanira datar

“ Mimpi Apa?”

“ Aku mimpi kalau kamu mau ninggalin aku dan gak akan pernah kembali lagi. Aku mimpi kamu itu Meninggal. Aku sedih banget kalau ingat sama mimpi itu, walaupun mimpi itu seperti nyata tapi tetap aja itu hanyalah Bunga tidur. Iyakan Del?” jantung Delka berdegup sangat kencang saat mendengar cerita dari Zanira. Ia tak berani memandang kearah Zanira. Seakan akan ia bersembunyi di balik kanvasnya.

“ Terus Kamu Percaya?” Tanya Delka parau

“ Ya enggaklah Del, itukan cuman mimpi. Buktinya kamu masih disinikan nemani aku.”
Kamu tidak tahu Zanira. Apa sebenarnya yang terjadi pada diri ku. Aku tidak tega melihat kamu larut dalam kebohongan ini. Aku ini sakit Zanira. Aku tak sanggup menahan penyakit ini lama – lama. Aku akan pergi meninggalkan kamu Zanira. Maafkan aku, aku sayang sama kamu dan cintaku akan slalu hidup di hati mu.

" Waktu terus berjalan, gerimis juga tidak berhenti. Malah kini sekarang sudah menjadi hujan. Hujan yang amat deras. Belum sempat lukisan itu selesai di lukiskan, tapi hujan sudah turun dengan derasnya. Zanira menarik lengan Delka untuk berlari mencari tempat berteduh. Mereka berlari di tengah Hujan yang amat deras itu, tanpa tahu akan berteduh dimana. Langkah mereka terhenti di sebua rumah kayu yang usang dan sangat tidak nyaman. Tapi tempat ini lumayan juga untuk dipakai berteduh selama hujan belum berhenti.

“ Brrr…Dingin Banget ya” ucap Zanira. Bibirnya bergetar karna menahan rasa dingin yang amat tidak enak. Delka tidak menjawab pertanyaan itu, dia hanya diam. “ wajah kamu pucat banget Del” sontak Zanira kaget saat melihat tubuh Delka yang pucat dan dia amat menggigil. “..Kamu kenapa Del?” panik Zanira.

“ Gak. Aku gak apa – apa Za. Kamu jangan panik gitu” ucap Delka lirih dengan suara yang terbata – bata.

“ Gimana aku gak panik. Wajah kamu itu pucat sekali dan tubuh kamu juga menggigil. Kamu kedinginan” Zanira semakin panik.

“ Aku kecapean aja Za. Biarkan aku rebahan disini ya” pinta Delka. Zanira membentang Jacketnya di bawah, agar tubuh Delka tak langsung menyentuh tanah.

“Kamu kenapa sih, kamu jangan buat aku takut dong. Kamu kenapa….:” tanya Zanira sambil membantu Delka rebahan. Delka menggenggam jemari Zanira dengan kuat. Ia begitu menggenggamnya dengan erat.

“ Kamu jangan nangis gitu. Aku gak apa – apa kok. Percaya sama aku.”

“ Badan Kamu panas Banget, ini gak mungkin terjadi kalau kamu baik – baik aja Delka. Kamu tunggu disini, biar aku cari bantuan dulu.”

“ Tunggu Zanira…” Delka Menarik Lengan Zanira yang hendak pergi.

“ Aku Mencintai kamu, dan aku sayang banget sama kamu” ucapan itu langsung miris di hati Zanira. Seakan Zanira merasa ada sesuatu yang sesak di dalam dadanya. Dia kembali mendekati Delka.

“ Aku juga sayang sama kamu Delka. Aku Cinta sama kamu…” ucap Zanira lirih  sambil mengecup dahi Delka lembut. Zanirapun pergi meninggalkan Delka sendiri di tempat itu. Ia mencari bantuan untuk membawa Delka ke rumah sakit.

***

" Didit masih memegang cangkir yang berisi Coffee di ruang tengah. Dia tidak sendiri disana, ada Abelia yang menemaninya. Abelia adalah seorang gadis yang tak akan bisa terhapus dari hati Didit. Karena Adelia adalah Cinta Pertama Didit. Adelia hanya diam tanpa memberi tanggapan kalau Didit sudah membahas tentang Delka. Hujan juga tidak reda, malah kali ini makin deras.

“ Biasanya, kalau hujan kayak begini. Delka paling senang. Katannya setelah hujan ini reda pasti Pelangi akan membentang di atas langit” ucap Didit tersenyum. “ Aku belum siap Lia, kalau Delka harus pergi secepat itu.”

“ Apa yang di bilang dokter tadi sama kamu, kenapa kamu sekarang ngomongnya begitu?”

“ Entalah Lia. Aku juga bingung. Tadi Dokter bilang, kalau Delka sudah mengalami Leukimia yang akut. Tapi Delka gak pernah cerita hal itu sama kami”

“ Aku ngerti Dit. Dan aku juga rela, kalau suatu saat nanti kamu yang akan mengantikan posisi Delka di Hati Zanira” Adelia meneteskan air mata. Dia berbicara dari hati, walaupun sakit untuk dirinya sendiri.

“ Cinta itu gak bisa di paksain Adelia. Aku gak Cinta Sama Dia. Ak…” Ucapan Didit terhenti. Suara Handphone Berbunyi dari saku celana panjangnya.

“ Hello” sapanya ramah

“ Didit? Ini Zanira. Delka masuk rumah sakit, tadi badannya panas banget makanya aku bawa dia kerumah sakit.” Ucap Zanira. Zanira belum pernah melihat Didit. Ia hanya tahu Didit itu dari cerita – cerita Delka saja.

“ Apa, Ok. Aku kesana.” Jawab Didit Panik

“ Ada apa Dit?” Tanya Muel abangnya Adelia.

“ Delka masuk rumah sakit dan aku harus kesana. Bang Muel maukan bantuin aku?” pinta Didit memohon. Muel hanya mengangguk, Mereka langsung pergi kerumah sakit menembus hujan yang amat deras ini. Perasaan Didit semakin tidak enak dan jantungnya terus berdebar kencang. Mobil terus melaju dengan kecepatan tinggi, tak ada yang bersuara di dalam mobil tu. Semuanya hanya diam.

Satu Jam Sebelum Berita Duka

“ Zanira?” tanya Muel pada gadis yang duduk di depan ruang UGD.

“ Iya. Anda Didit?”

“ Ya.” Jawab Muel Berbohong. Semua ini sudah di rencanakan oleh Didit. “ Apa yang terjadi sama abang saya?”

“ Aku gak tahu, tadi wajahnya pucat banget dan tubuhnya menggigil. Setelah aku pegang badannya panas sekali. Makanya aku bawa dia kemari” Zanira menceritakan kronologis peristiwa itu.

“ Bisa Kita Berbicara Sebentar?” Pinta Muel yang menyamar menjadi Didit. Zanira hanya mengangguk. Muel membawa Zanira Kekantine rumah sakit. Didit dan Adeliapun langsung berdiri di depan Ruang UGD. Seorang Perawat keluar dari dalam ruang UGD itu.

“ Anda saudara dari Pasien?” tanya Suster itu yang heran melihat wajah Didit yang mirip dengan Delka.

“ Iya Sus. Ada apa ya?” Tanya Adelia

“ Saudari di panggil Doktel Widy di dalam.” Kami Hanya mengangguk dan mengikuti Perawat itu masuk kedalam ruang UGD.

“ Wajah anda sangat mirip dengan Pasien.” Ucap Dokter itu kaget melihat kemiripan wajah Delka dengan Didit yang begitu Identik

“ Saya Kembarannya Dok…” Beri Tahu Didit. “..Bagaimana dengan keadaan Abang saya?” tanya Didit panik

“ Abang Anda sedang mengalami Koma. Kita tidak tahu dia bisa bertahan sampai berapa lama. Bisa satu jam, sehari, seminggu, sebulan, hingga bertahun – tahun” Beritahu Dokter Widy

“ Maksud Dokter?”

“ Kami tidak ingin Mendahuli Tuhan. Kita serahkan saja semuanya pada sang pencipta. Dan kita harus banyak berdoa.” Ucap Dokter itu yang bungkam dengan sebuah rahasia besar. “… Lihatlah beliau di dalam.” Saran Dokter itu. Didit dan Adelia hanya mengikut saja. Di dalam Delka terbaring lemah di atas ranjang yang semua orang tidak menginginkannya. Wajahnya begitu pucat dan ia seperti orang yang tidak aku kenal. Aku menangis melihat dia begitu. Didit duduk tepat di sebelah Delka. Air mata Didit terus membasahi pipinya. Begitu juga dengan Adelia yang berdiri di samping ku.

“ Masih banyak yang harus aku persiapkan untuk menjadi diri mu Delka. Aku mohon bertahanlah. Ingatlah semua orang yang menyayangi mu. Aku mohon Delka..” erengan Didit. Air mata Delkapun menetes keluar dari matannya.

“ Didit…” ucapnya parau “ … maafkan aku telah membuat mu terlibat dalam masalah ini. Tapi aku percaya kalau kamu bisa menjaga Zanira. Aku mohon pada mu Dit.lakukanlah yang terbaik” ucapnya lagi.

“ Tapi Del…”

“ Adelia, aku mohon pada mu. Izinkanlah Didit melakukan hal ini. Aku tahu kamu wanita yang baik dan aku mohon pada mu” pinta Delka pada Adelia dengan Suara yang terbata – bata.

“ iya Bang…” Ucap Adelia Berat, ucapannya dilinangi Air matanya. “…Adelia izinkan Didit untuk melakukan semua permintaan bang Delka, jika itu yang terbaik” nangis Adelia

“ Jaga Zanira Ya Dit. Mungkin Inilah saatnya aku harus pergi meninggalkan kalian semua. Maafkan aku ya, kalau aku ada salah sama kalian semua? Ucapnya Lirih dan penuh keparauan. “ Maafin aku……….”

" Nafas tak lagi menderu, tubuh tak lagi teraliri darah. Waktu berhenti karna Jantung tak lagi berdetak. Mata terpejam, melihat dunia baru yang akan menuntun kita semua suatu saat nanti, kejalan itu. Didit menangis histeris dengan kejadian itu. Zanira tak mengetahui semua itu. Rencana baru di mulai.

***

Dokter itu keluar dari dalam ruang UGD. Di luar sudah ada Zanira yang menunggunya.

“ Gimana keadaan pacar saya dok?” tanya Zanira panik

“ Dia tidak apa –apa. Sekarang dia sudah sadar dan besok juga sudah boleh pulang. Kekasih anda hanya kecapean saja dan dia harus banyak beristirahat dengan cukup” ucap Dokter itu. Handphone Zanira berbunyi di lihatnya di layar monitor Handphone itu.
Didit Calling….

“ Hello?” sapa Zanira. “… Ada Apa Dit?”

“ Maaf Mbak. Ini Bukan Didit. Tapi Sapri. Orang yang Punya Handphone ini mengalami kecelakaan mbak. Mereka sekarang sudah di bawa kerumah sakit….”
Tut…..tut…………….Panggilan itupun terputus.

Zanirapun masuk kedalam ruang UGD menemui Delka. Ia meneteskan air mata.

 “ Kenapa kamu menangis?” Tanya Delka yang tak lain adalah Didit

“ Didit Del…” ucapnya terbata – bata

“ Didit kecelakaan…” ucapnya sambil menangis

“ Apa….” Delkapun Menangis. Ia menagis karena ia telah kehilangan Delka. Saudara kembarnya

***

Satu Jam Setelah Berita Duka
Didit memanipulasi semua keadaan. Ia membuat kesepakatan dengan Dokter dan semua perawat yang menyaksikan kemeninggalan Delka. Bahwa Diditlah yang akan menjadi Delka dan Delka sama sekali tidak mengalami suatu penyakit yang berbahaya. Dia pingsan karena kecapean saja. Mayat Delka di masukan kedalam mobil sedan berwarna Hitam metalik. Di dalamnya Ada Muel yang pura – pura menjadi didit. Agar mengelabuhi pikiran Zanira. Mobil itu telah di rancang untuk terjadi kecelakaan, agar Zanira mengatahui bahwa Didit lah yang meninggal karena kecelakaan dan Delka masih hidup.

Setelah kejadian itu Adelia dan Muel memutuskan untuk pergi ke Amerika dan menetap disana. Tinggalah Cinta Adelia yang terpaut di hati Didit dan di dalam hatinya. Bertahun tahun Zanira telah larut dalam kebohongan hingga hubungan itu menajdi suatu ikatan resmi di bawah Ijab Qobul yang sah. Didit dan Zanira menikah tanpa ada yang tahu kalau Delka itu adalah Didit. Diditpun perlahan berusaha untuk mencintai Zanira semenjak kepergian Adelia Ke Amerika………………………….

" The End "

Tidak ada komentar:

Posting Komentar